Postingan

Butterfly

Gambar
  Namaku Lyra,aku mempunyai seorang adik perempuan yang bernama Mira. Mira merupakan satu-satunya keluarga kandungku yang masih tersisa didunia ini,kedua orangtuaku meninggal ditempat pada saat kejadian kecelakaan beruntun dulu,meninggalkan aku yang pada saat itu berusia 14 tahun bersama Mira yang bahkan masih balita sebatang kara. Aku masih mengingat dengan jelas bagaimana kejadian sebelum kami sadar bahwa kedua orang tua kami tidak akan pernah kembali lagi. Mira yang pada saat itu sedang tertidur pulas didekapanku,terbangun secara tiba-tiba lalu menangis menjerit memanggil mama papa berulang kali , aku yang pada saat itu masih setengah mengantuk,berusaha menenangkan Mira. Beruntung tangisan adikku bisa dihentikan dengan cepat,Mira yang masih sesenggugkan kembali tertidur lelap dengan mata sembab dan pipi gembilnya yang memerah uhh...gemasnya. Aku baru menyadari bahwa suasana rumah terasa sangat sunyi, apa mamah dan papah belum pulang, batinku. Sebelum aku mendengar s...

Pekerjaan 'Cinta'

Gambar
"Maaf Bim aku masih belum bisa menerimamu." Aku baru tahu penolakan itu sesakit ini. Aku terima jika ini karma karena sering meledek kawan-kawanku yang selalu mengagungkan cinta. Tapi, demi mie instan yang jadi menu wajibku di tanggal tua bisakah kenangan pahit bin suram itu enyah dari pikiranku. Tampang ok, otak encer, lulusan terbaik, sertifikat berjibun, portofolio menumpuk dan skill mumpuni. Oh ayolah orang waras juga tahu bukti tersebut lebih dari cukup untuk melamarnya. Hanya mereka yang gila yang beresiko menolakku. Dan sayangnya aku terlalu cinta mati untuk jadi gila bersama mereka. *Flashback on* "Loh kamu lagi Bim? Nggak capek ditolak terus," celetuk manusia paling menyebalkan sedunia memasuki ruangan kaca berkotak tempatku duduk manis menunggu. "Begitulah. Lah Mas sendiri nggak capek nolak aku," dengan nada kalem. "Hahaha, ya sudah coba sini aku lihat. Ada yang baru?" Seperti biasa aku menyerahkan segepok pengalaman...

Sesuatu Buatku

Gambar
"Jadi kamu penulis sekarang?" Tanya Edgar sambil duduk di kursi sebelah yang dibatasi meja kotak di teras samping rumahnya. "Eumm, begitulah. "Nulis apa aja?," sambungnya kembali. "Banyaklah. Untuk sekarang mayoritas artikel sih tapi aku sedang berusaha menulis beragam tema dan genre. Fiksi juga non fiksi," kataku menjelaskan sambil menatapnya yang tampak ber-O ria sambil manggut-manggut. "Keren," celetuknya sambil menyodorkan tablet putih miliknya dan membuatku penuh tanda tanya. "Kalau gitu tulis sesuatu buatku donk." "Sambil nunggu, aku kedalam sebentar buatin jus strawberry kesukaanmu. Barter yang pas kan dan..," Ia menjeda kalimatnya dan menatapku ragu. "Kamu masih suka jus strawberry kan?" "Hmz, ya," jawabku sambil tersenyum simpul. Edgar pun berlalu pergi dan meninggalkanku bersama tab miliknya. Aku menatap layar putih kosong ditangan untuk berpikir sejenak. Saat mengalihkan ...

Salah Mobil Bro!

Gambar
Hai kenalin namaku Uta. Cerita pendek lucu ini merupakan pengalaman lucu yang aku alami bersama kakakku Tomi. Waktu itu, kami ke Jogja bareng. Sebenarnya ramai-ramai ada ibu dan pak supir. Kami ke Jogja cari alamat pengobatan alternatif. “Kalian mau tunggu di mobil atau ikut masuk?” “Kira-kira lama gak bu berobatnya?” “Kalau gak antri yang sebentar sebenarnya, tapi lihat aja itu banyak yang antri.” Akhirnya kami semua turun. Pak supir juga memilih menunggu di luar mobil. Ibu, aku, dan kakakku Tomi menunggu di kursi tunggu. Setelah menunggu kurang lebih 1 jam akhirnya giliran ibuku dipanggil. Kata ibu memang sebentar karena hanya ambil tambahan obat. So, aku mutusin untuk balik ke dalam mobil. “Kak aku balik mobil dulu ya, eh tapi haus nih mana ada toko beli minum dingin seger kayanya.” “Di pojokan sana tadi aku lihat ada minimarket. Beli gih.” “Ogah kakak aja ya,, oke kakakku yang cakep.” “Ih dasar, iya nanti setelah ibu keluar. Ya udah sana kalau mau ke mobil.” ...

Ketika Bidadari Menyapa di Gerbong Kereta

Gambar
“Tuuut tuuuutt....” Suara kereta seketika menerobos keramaian dalam deretan gerbong berjalan. Roda-roda besi berdetak dan berputar seirama di atas rel yang seolah tidak ada ujungnya menemani perjalananku. Udara dalam gerbong yang terasa pengap nyatanya membuat aku merasa kesal. Namun, perasaan itu tiba-tiba hilang ketika ada yang menghampiri dan menyapaku. Seorang bidadari. “Permisi mas mau tanya.” Suara lembut seorang bidadari menyapa dan melenyapkan rasa kesalku. “Iya mbak, ada apa?” “Saya ingin ke alamat ini, sebaiknya turun di stasiun mana ya mas?” Sembari menunjukkan selembar kertas kecil dan akupun membaca tulisan di atasnya dengan seksama. “Kebetulan sekali mbak. Mbak bisa turun bareng saya di stasiun Kertosono.” “Oh terima kasih mas.” Mungkin bisa dibilang dewi fortuna sedang berpihak padaku. Entah darimana bidadari cantik ini datang dan menghampirku. Secara kebetulan kursi penumpang kami pun berjejeran. Paras bidadari di sampingku sungguh menawan, apal...

Kalau Jodoh Gak Kemana

Gambar
“Siapa pacarmu yang sekarang?” “Kamu kenal Jodi? Itu adiknya kak Renata. Akhirnya dia nembak lalu kita jadian.” “Iih,, kok bisa, cerita-cerita dong.” Inilah kegiatan kami kalau lagi ngumpul, tidak jauh dari gosip atau bicara gebetan. Aku, Dewi, dan Fitri. Kami sudah berteman sejak SMP. Sampai sekarang asyiknya kami masih bisa jalan bareng meski sudah lebih sibuk dengan aktivitas kampus masing-masing. Setiap kali mendengar kedua sohibku bercerita tentang gebetannya aku hanya tersenyum. “Kamu masih jomblo?” “Biarin, aku high quality jomblo tau” Bila dibandingkan dengan kedua sohibku, aku memang paling betah ngejomblo. Siapa sangka sudah 21 tahun dan aku masih jomblo. Tapi aku bangga karena aku high quality jomblo, ya sejak lahir tepatnya. Aku belum pernah pacaran. Bukan berarti tidak pernah ditembak lho ya. Ada beberapa cowok pedekate tapi entah aku tidak ingin pacaran. Tepatnya belum ingin pacaran. Karena itu, temen-temenku bilang aku ini aneh. Kata mereka tidak enak ka...

Apel Merah Terakhir

Gambar
“Hey itu angkotnya sudah datang.” “Ayo naik-naik.” Aku dan temanku Mega. Kata orang kami seperti amplop dan perangko. Kemana saja kami bersama. Sebenarnya tidak begitu. Aku tidak dekat dengan Mega. Mega seorang yang pendiam. Aku sudah mencoba mengajaknya agar mau bermain seperti anak-anak yang lain, tapi aku gagal. Tapi satu hal yang bisa kami lakukan bersama, pulang sekolah naik angkot bersama. Rumahku dan rumah Mega tepat di pinggir jalan yang dilalui jalur angkot. Tapi rumahku lebih jauh. Kami menjadi sering pulang bareng sejak semester lalu. Entah apa yang dipikirkan Mega, padahal sebelumnya dia diantar jemput ayahnya. Lebih enak dong pasti. Beda dengan aku yang selalu naik angkot, berangkat les sore pun selalu angkot sendiri. Berangkat dan pulang naik angkot sendiri karena orang tuaku sibuk bekerja. Tetapi sekarang tidak sendiri lagi karena ada Mega. “Kamu kelihatan pucat, kamu sakit?” “Tidak apa-apa, cuma agak lemes. Mungkin kecapekan olahraga tadi.” “Ayo naik beca...

Me 23 vs 17

Gambar
“Ini deadline hari ini. Segera kerjakan biar tidak perlu lembur.” Kata-kata itu hampir aku dengar setiap hari dari atasanku. Bekerja di sini memang seolah tidak ada habisnya. Selesai mengedit satu buku, masih ada banyak buku lain yang harus diedit supaya bisa segera terbit. Menjadi seorang editor di sebuah percetakan mungkin bukan cita-citaku. Tunggu dulu. Apa cita-citaku? Bila aku pikirkan kembali ternyata aku tidak memiliki cita-cita. Tapi bila aku ingat aku yang remaja memang melakukan semua semaunya. Saat masih sekolah dulu ingin rasanya cepat lulus dan bekerja. Namun, sekarang ternyata aku ingin kembali remaja. Aku ingin kembali bersekolah. “Mayaa.. bangun sudah jam berapa ini” Teriak ibuku membangunkan. “Tunggu 5 menit lagi bu, masih ngantuk” “Apa-apan kamu ini, sudah siang nanti kamu terlambat sekolah” “Sekolah?” Teriakan ibu seketika membuatku terkaget sampai-sampai rasa kantuk yang semula menguasaiku hilang seketika. “Aku masih sekolah? “Kamu ini baru 17...