Butterfly

Gambar
  Namaku Lyra,aku mempunyai seorang adik perempuan yang bernama Mira. Mira merupakan satu-satunya keluarga kandungku yang masih tersisa didunia ini,kedua orangtuaku meninggal ditempat pada saat kejadian kecelakaan beruntun dulu,meninggalkan aku yang pada saat itu berusia 14 tahun bersama Mira yang bahkan masih balita sebatang kara. Aku masih mengingat dengan jelas bagaimana kejadian sebelum kami sadar bahwa kedua orang tua kami tidak akan pernah kembali lagi. Mira yang pada saat itu sedang tertidur pulas didekapanku,terbangun secara tiba-tiba lalu menangis menjerit memanggil mama papa berulang kali , aku yang pada saat itu masih setengah mengantuk,berusaha menenangkan Mira. Beruntung tangisan adikku bisa dihentikan dengan cepat,Mira yang masih sesenggugkan kembali tertidur lelap dengan mata sembab dan pipi gembilnya yang memerah uhh...gemasnya. Aku baru menyadari bahwa suasana rumah terasa sangat sunyi, apa mamah dan papah belum pulang, batinku. Sebelum aku mendengar s...

Maafkan Aku,Sahabatku


"ish.. Rena,lama banget sih lo! buruaannn,keburu konsernya dimulai!!" 

"Woy Nian lo cerewet banget anjir. Bentar-bentar gue lagi masang tali sepat- eh..cuy tungguin woy!!" sahut Rena panik melihat Nian sahabatnya berjalan menjauh meninggalkan dirinya yang sedang sibuk memasang tali sepatu.

"Lo lama banget anjir" Gerutu Nian sembari menyilangkan kedua lengannya diatas dada,dengan pandangan menusuk menatap sahabatnya.

"sabar atuh neng"

Nian menggerutu kesal,ada masalah apa dirinya bisa bersahabat dengan Rena yang mengikat tali sepatu saja bisa hampir setengah abad lamanya. Kalau saja Rena bukan sahabat sejatinya sejak orok,dengan senang hati Nian akan membuang Rena ke sungai samping rumahnya.

"Udah nih,yok lah berangkat" Rena berdiri dari posisi jongkoknya dan mulai merapikan celana jeans yang mengkerut lalu berjalan menghampiri Nian yang berdiri didepannya dengan tatapan mata tajam menatap dirinya,membuatnya berasa merasa bersalah.

Nian hanya menghela napas pelan,mencoba menahan perasaannya untuk tidak melempar sahabatnya ke tengah jalan raya. Dengan sigap Nian melingkarkan sebelah tangannya kepundak Rena lalu menyeret sahabatnya dengan penuh semangat menuju bus yang sudah menuggu kedatangan mereka di halte seberang jalan mengabaikan Rena yang meronta berusaha melepaskan tangan kanan yang melingkari lehernya.

Beberapa orang mulai menatap kearah keributan yang mereka sebabkan yang membuatnya merasa tidak nyaman hingga mulai mempercepat langkah kedua kaki nya menuju seberang jalan,melupakan sebuah truk besar melaju dengan cepat kearah mereka berdua. Beberapa orang berteriak panik menyuruh mereka untuk segera berlari ketepi jalan, tiiiiinn!..tinnnn! dirinya tersadar ketika suara klakson truk berbunyi berulang kali memperingati mereka untuk segera menepi tapi apa daya kedua kakinya tiba-tiba saja tidak bisa digerakan.

Nian terpaku menatap truk yang sebentar lagi akan menabrak dan melindas tubuh mereka berdua,kedua matanya menutup menanti ajalnya tepat didepan matanya. Rena tersadar bahwa dirinya harus mengorbankan dirinya sendiri demi keselamatan sahabat sejatinya. Dengan sigap Rena melepaskan dekapan erat lengan Nian lalu mendorong tubuh Nian yang sedari tadi hanya terdiam mematung,"Maafkan aku, Nian".

brug

Nian mengerang kesakitan merasakan tubuhnya terbanting kearah trotoar samping jalan, shit! dirinya mulai sadar apa yang sedang terjadi saat ini,kedua matanya melotot melihat dimana sahabat sejatinya tersenyum kecil kearah dirinya. Dirinya panik,dengan cepat Nian terbangun dari posisi terlungkup mengabaikan rasa nyeri di lengan dan kedua lutut kakinya yang sobek karena bergesekan dengan permukaan kasar trotoar saat dirinya tersungkur. Berlari kencang menghampiri sahabatnya yang sedang dalam bahaya,sebelum seorang wanita tua memeluk erat badannya erat,kedua mata wanita tua itu basah oleh air mata dengan sesenggukan wanita menyuruh dirinya untuk tenang.   

BRAK!!

Terlambat sudah terlambat. Rena sahabat sejatinya,teman seperjuangannya,tempat dirinya berkeluh kesah dan juga cinta pertamanya terpental jauh dan jatuh terbaring diatas jalan dan truk yang menabraknya tadi melindas tubuh sahabatnya,membuat organ-organ tubuh Rena berhamburan mengotori aspal jalanan. Nian terdiam membisu,syok menyaksikan kematian tragis sahabatnya dengan kedua matanya sendiri secara langsung. Pandangannya memburam,terpaku menatap jasad sahabatnya yang sudah rata dengan jalan mengabaikan bisikan maaf disertai senggukan wanita tua yang sedari tadi memeluk badannya erat hingga semuamya menghitam.

~~~~~~~

Deg!

Nian membuka kedua matanya panik lalu terbangun dari posisi tidurnya dan menatap kosong dinding dan langit-langit putih ruangan yang ditempatinya. Menutup wajahnya dengan kedua telapak tangannya yang satunya dililit oleh perban,hening sesaat hingga terdengar suara isakan tangis yang perlahan mengeras. Suara pintu terbuka membuat Nian terdiam,dirinya menatap dimana ibu nya dengan wajah sedihnya menghampiri kearah tempat tidurnya lalu memeluk tubuhnya erat yang membuatnya terisak kembali.

"Rena dimana mah?,Nian mau ketemu sama Rena" Nian berharap bahwa apa yang dia liat tadi hanyalah bunga tidur mimpinya. Tapi mengapa ibunya terisak pelan dan mengucapkan "maaf ' berkali-kali.

"RENA DIMANA MAH NIAN MAU KETEMU SAMA RENA!!" 

 "Nian yang sabar ya nak,ikhlaskan Rena ya sayang" Ucap Ibunya,mencoba berusaha menenangkan putri tercintanya yang menangis histeris memanggil nama Rena berapa kali.

"Rena udah tenang dialam sana Nian sayang,Rena bakalan sedih kalo kamu seperti ini" Mendengar ucapan ibunya membuat tangisan Nian berubah menjadi jeritan dan meronta berusaha terlepas dari dekapan erat ibunya. Ibu Nian panik,beliau berteriak berusaha memanggil dokter yang syukurnya ditanggapi dengan cepat. Beberapa perawat berlari menghampiri mereka berdua,beberapa dari mereka memegang tangan dan kaki Nian yang bergerak tidak beraturan. Dokter menyuruh salah satu suster agar segera mengambil suntikan dan bius penenang yang langsung diangguki suster.

Keadaan semakin memburuk ketika tangan Nian bergerak menyakar wajah salah satu suster yang membuat suster tersebut menjerit kesakitan menutup wajahnya dengan kedua tangan, Beruntung suster yang diperintahkan dokter tiba dengan cepat lalu memberikan benda yang diperintahkan kepada dokter. Sang dokter dengan sigap mulai menyuntikan bius penenang kebadan Nian. Badan Nian mulai lemas lalu Nian jatuh tertidur didalam pelukan ibunya yang terisak sedih melihat keadaan putrinya.

~~~~~~~

"Nian.."

"Nian.."

"Rena!! hiks.." pandanganku memburam mendengar suara Rena yang memanggilku,aku heran mengapa air mata ini bisa tidak berhenti mengalir. Aku bisa melihat siliuet seseorang mendekat kearahku,siluet itu mulai terlihat jelas dan yang membuatku kaget adalah siluet itu adalah Rena yang berjalan menghampiriku. Rena terlihat baik-baik saja dan dia sangat cantik dengan dress putih yang mebaluti tubuhnya,senyumannya sangat-sangat indah sekali membuat hatiku menghangat.

"Rena kamu baik-baik saja?" tanyaku dengan suara serak saat Rena sudah berdiri tepat dihadapannya. Rena hanya membalas dengan tersenyum sendu menatapku.

"Rena maafkan aku yang bodoh ini,aku merasa bersalah tidak bisa menolongmu tepat waktu..aku..hiks...hikss.. maafkan aku Rena..aku-" rancauan ku terhenti ketika merasa dekapan hangat sahabatku yang kurindukan. Aku bisa merasakan tangannya mengelus lembut punggungku mencoba menenangkanku.

"Nian terima kasih sudah mau menjadi sahabat sejati terbaiku,lupakan apa yang sudah terjadi kemarin. Aku sedih melihatmu menangis Nian" aku bisa merasakan pundaku basah,Rena pasti sedang menangis dia sangat cengeng sekali. Batinku terhenti ketika menyadari tubuh Rena mulai berubah menjadi kerlipan cahaya.

"TIDAK!! TIDAK!! RENA JANGAN PERGI" Aku berusaha meraih tubuh Rena yang mulai menghilang,aku melihat Rena tersenyum kearahku dan melambaikan tangannya sebelum menghilang. Pandanganku mulai menggelap.

Rena,i love you.

---

 kok jd plot-twist gini wkwk

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Butterfly

Pekerjaan 'Cinta'

Me 23 vs 17