Butterfly

Gambar
  Namaku Lyra,aku mempunyai seorang adik perempuan yang bernama Mira. Mira merupakan satu-satunya keluarga kandungku yang masih tersisa didunia ini,kedua orangtuaku meninggal ditempat pada saat kejadian kecelakaan beruntun dulu,meninggalkan aku yang pada saat itu berusia 14 tahun bersama Mira yang bahkan masih balita sebatang kara. Aku masih mengingat dengan jelas bagaimana kejadian sebelum kami sadar bahwa kedua orang tua kami tidak akan pernah kembali lagi. Mira yang pada saat itu sedang tertidur pulas didekapanku,terbangun secara tiba-tiba lalu menangis menjerit memanggil mama papa berulang kali , aku yang pada saat itu masih setengah mengantuk,berusaha menenangkan Mira. Beruntung tangisan adikku bisa dihentikan dengan cepat,Mira yang masih sesenggugkan kembali tertidur lelap dengan mata sembab dan pipi gembilnya yang memerah uhh...gemasnya. Aku baru menyadari bahwa suasana rumah terasa sangat sunyi, apa mamah dan papah belum pulang, batinku. Sebelum aku mendengar s...

Lebih Parah Dari Friendzone

 “Rei sini kenalin, ini teman wanita Papa. Kami sedang mempertimbangkan untuk menikah.” Kalau manusia masih bisa bertahan hidup setelah ditabrak truk tronton berkecepatan tinggi dan masih bisa berdiri tegak dan tersenyum mungkin kayak gini rasanya. Wanita yang berdiri di samping Papa terlihat sedikit ga nyaman tapi begitu tangan Papa berada di pundaknya tanda memberi dukungan, jelas sekali di wajahnya ia merasa nyaman dan aman. Sialan,batin gue.

Lima bulan ini gue berasa hidup adalah sebaik-baiknya hidup,di mana gue berhasil masuk ke kampus impian dengan jurusan desain yang akan menjadi kuda tunggangan gue untuk menjadi seorang desainer grafis kelas dunia. Papa yang sudah ditinggal oleh Mama sejak lima tahun lalu mulai berbunga-bunga karena ada wanita yang sedang dekat dengannya dan siap untuk menjalani hubungan serius. Dan kisah cinta yang selalu gue denger dari temen-temen sekarang gue rasain sendiri. Dengan cewek yang rambut panjangnya selalu dikucir kuda dan kami memanggilnya dengan nama Hikari-sensei.

Hikari-sensei adalah pengajar kelas Bahasa Jepang yang gue ambil karena gue udah bosen nonton anime favorit pake subtitle. Klise sih, orangnya baik dan ramah, kalau senyum seakan bikin gue kebelet nyanyi Just The Way You Are dengan noraknya di depan muka dia. Karena gue rajin dateng ke kelas Hikari-sensei, gue jadi lumayan lancar nonton anime tanpa subtitle. Apalagi yang genrenya Ecchi atau Hentai (yang ga ngerti disarankan untuk menjaga kesucian kalian dengan tidak mencari tau artinya hahaha).  Yang jelas, Hikari-sensei bukan hanya sedap di mata tapi dia adalah satu-satunya sosok wanita idaman yang selama ini di mata gue image-nya udah identik dengan riasan tebal dan gaya bicara yang nadanya sok-sok manja bikin capek sendiri dengernya. Dan ketika gue memberanikan diri kalau gue ada rasa sama dia, Hikari-sensei cuma bilang, “Maaf ya Rei.” Maunya sih kecewa dan kesel, siapa yang ga kesel kalau cintanya ditolak. Gue tau tampang gue cukup oke, tapi kalau dikasih senyum sejuta watt-nya itu siapa yang ga bakal luluh.


Dan sekarang gue sadar, bahkan jika waktu itu gue ga nyerah dan terus deketin Hikari -sensei sampai dia kasih kesempatan buat gue masuk ke dalam hatinya, gue akan lebih hancur dari sekarang. Takdir memang punya cara kerja yang kejam. Cinta pertama gue sekarang ada di depan gue, bersama dengan orang yang paling gue sayang di dunia yaitu Papa. Ga ada yang lebih sakit dari ini. Tapi ga ada yang lebih membahagiakan ketika lo melihat dua orang terpenting dalam hidup lo berkumpul bersama dan saling berbahagia. Hati gue hancur memang, tapi ini udah cukup untuk jadi lem sementara.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Butterfly

Pekerjaan 'Cinta'

Me 23 vs 17